Rabu, 23 November 2016

Pertamina Solusi Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan - Blok Offshore North West Java (ONWJ) dan Blok West Madura Offshore (WMO) dinilai menjadi tidak benar satu perumpamaan keberhasilan PT Pertamina (Persero), di didalam kesibukan memproduksi minyak dan gas di terlepas pantai, juga di laut dalam.

Sepanjang th. sesudah itu memproduksi minyak dan gas berasal berasal dari ke dua blok sesudah itu memenuhi obyek yang ditetapkan oleh pemerintah.

"Pengelolaan Blok ONWJ dan Blok WMO perlihatkan Pertamina mempunyai kemampuan yang kompetitif bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama perusahaan-perusahaan migas lainnya," ujar Komaidi Notonegoro, pengamat migas berasal berasal dari ReforMiner Institute di Jakarta, Senin (31/10/2016).

Menurut Komaidi, Pertamina juga mempunyai kemampuan di didalam pengelolaan ladang migas di laut di didalam layaknya Blok Nunukan yang berlokasi di laut di didalam di Kalimantan Utara.
Hasil memproduksi Blok Nunukan terdiri tas gas sebesar 60 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak 1.800 barel per hari (BOPD).

Pertamina Solusi Bahan Bakar Ramah Lingkungan


“Proyek ini terlalu strategis dikarenakan Pertamina mengelola proyek migas di laut dalam,” katanya.
Dia perlihatkan tidak semua blok yang disita alih alih Pertamina sesukses layaknya ONWJ. Ada wilayah-wilayah migas lainnya tertentu yang mengalami penurunan memproduksi sejalan penurunan kemampuan alamiah.

"Untuk itu Pertamina juga perlu selektif terhadap blok yang habis kontraknya. Kalau selamanya menarik secara bisnis dan mempunyai kemampuan yang cukup dapat diambil, namun kecuali secara ekonomi tidak cukup beruntung juga tidak perlu dipaksakan masuk," kata dia.

Pada 2015, Blok ONWJ yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), membukukan memproduksi minyak sebesar 40 ribu barel per hari (BOPD).
Sedangkan memproduksi gas PHE ONWJ th. 2015 meraih 178 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) melampaui obyek WP&B 2015 sebesar 175 MMSCFD.

Tahun ini, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengambil alih alih ketetapan obyek memproduksi PHE ONWJ sebesar 37.300 BOPD dan 163 MMSCFD.

Hingga Mei 2016, PHE ONWJ membukukan catatan memproduksi sebesar 37.112 BOPD dan 172,5 MMSCFD.

Sementara itu, SKK Migas menargetkan memproduksi berasal berasal dari Blok WMO yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (WMO) sebesar 9.300 BOPD untuk minyak dan sebesar 102,6 MMSCFD gas bumi.

Sampai Mei 2016 tercatat memproduksi minyak meraih 10.411 BOPD atau 111,9 persen berasal berasal dari WP&B Revisi 2016 dan memproduksi gas sebesar 105,735 MMSCFD atau 103 persen berasal berasal dari obyek WP&B Revisi 2016.

Blok ONWJ memasok gas bagi PT PLN (Persero) lebih tidak cukup 100-120 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) ke PLTGU Muara Karang dan Tanjung Priok dan berasal berasal dari gas itu PLN memproduksi kemampuan lebih tidak cukup 450 megawatt (MW).

ONWJ juga memasok gas sebagai bahan baku pembuatan pupuk untuk Pupuk Kujang, Cikampek Jabar, pasokan gas untuk Refinery Unit VI Balongan, Indramayu dan juga pasokan untuk bahan bakar gas yang dibutuhkan untuk konversi BBM ke bahan bakar gas.

Pencapaian memproduksi PHE ONWJ dan PHE WMO merupakan hasil positif yang didapat lewat realisasi berbagai rencana kerja layaknya pemboran, workover/kerja ulang, wellservice/perawatan sumur migas dan pengembangan lapangan dan juga perbaikan dan perawatan layanan produksi.

Taslim Z Yunus, Kepala Divisi Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), di mulanya perlihatkan besarnya risiko di didalam pengelolaan laut di didalam menjadi alasan bagi SKK Migas untuk tidak banyak menyerahkan pengelolaan blok-blok yang tingkat kesulitannya tinggi kepada Pertamina.

Selain itu, perusahaan-perusahaan migas raksasa asing mempunyai keahlian yang mumpuni.
Namun, menurut Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, secara umum semua blok yang dikelola Pertamina yang berasal berasal berasal dari operator di mulanya mempunyai kinerja yang lebih baik.
"Untuk CPP (Central Processing Plant), itu cuma satu berasal berasal dari sekian banyak blok dan pengelolaannya pun tidak pure oleh Pertamina, namun secara bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama BUMD setempat," tandas Syamsu.

Fahmi Radhi, pengamat kemampuan berasal berasal dari Universitas Gadjah Mada, perlihatkan Blok WMO dan ONWJ meningkat produksinya sesudah disita alih Pertamina.

Sebagai BUMN migas yang 100 persen sahamnya dikuasai negara, menjadi Fahmi, Pertamina perlu diberikan privildege untuk mengelola lahan migas yang kontrak udah berakhir.

Pertamina, lanjut Fahmi, merupakan representasi negara di didalam pengelolaan sumber kemampuan migas, layaknya diamanatkan pasal 33 UUD 1945.

Akibat kebijakan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 yang terlalu liberal mempunyai dampak Pertamina selamanya kalah bidding bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) kontraktor asing agar Pertamina tidak diberi kesempatan untuk mengelola lahan migas di negeri sendiri.

“Mestinya semua komponen bangsa perlu menunjang Pertamina untuk mengelola lahan migas di negeri sendiri,” tandas dia.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar